ARI-ARI, DIPENDHAM?

MEMENDAM ari-ari, merupakan salah satu upacara yang umum dilakukan oleh suku-suku di Indonesia. Lain ladang lain belalang dalam merawat ari-ari. Ari-ari adalah usus penghubung antara ibu dan bayi ketika masih dalam rahim.

Masyarakat Jawa percaya bila ari-ari itu sejatinya salah satu dari saudara empat atau bagian dari saudara kembar si bayi. Oleh karenanya ari-ari harus dirawat dan dijaga. Bagi pasangan dari Jawa, ari-ari dicuci bersih dan dimasukkan kendhil (bejana dari tanah liat) dan ditanam di depan rumah.

Kendhil ini harus ditanam di depan kanan rumah, bukan di belakang rumah. Filosofinya, orang tua harus mengantarkan anak ke masa depan, bukan justru anak mengiringi orang tuanya. Berada di kanan karena kanan berfalsafah kebaikan. Siapa yang harus menanam ari-ari? Ayah bayi, tidak boleh diwakilkan. Dalam kondisi ayah tidak ada, paman atau pakde (keluarga ayah) bayi.

Kendhil tersebut diberi lampu selama 40 hari (ada yang menyebut 36 hari). Hal ini terkait dengan keyakinan bahwa ari-ari ini akan dimakan kuntilanak. Belum ada penjelasan yang ilmiah, namun lampu untuk penerangan lebih dimaksudkan agar ari-ari tidak dimakan kucing atau tikus. Lanmpu dalam filosofis Jawa diyakini sebagai pepadhang (penerang) agar bayi ‘terang’ jalannya menuju masa depan.

Bagaimana kalau anaknya kembar? Ritrualnya sama, hanya saja tempatkan dalam kendhil sendiri-sendiri. Jangan sekali-kali disatukan. Mengapa? Alasan utamanya, mereka adalah 2 kehidupan yang beda. Kalau disatukan, dikhawatirkan bila salah satu anak kembar kena musibah, akan merembet ke kembarannya yang lain. Dengan juga dengan letaknnya, sebaiknya jangan berdekatan. Konon mereka akan selalu tergantung sesamanya. Tidak mau dipisahkan.

(Saya baru teringat: 2 (dua) kendhil isi ari-ari anak kembar saya, saya pendham (tanam) berdekatan. Weh, mungkin karena ini, kedua anak saya suka rebutan untuk hal-hal yang kecil sekali pun. Sering saya sindir dengan "kok kaya Tom & Jerry")